Blog

  1. Home
  2. Blog
  3. Penjaminan vs Sertifikasi: Mana yang Tepat untuk Bisnis Anda?

Penjaminan vs Sertifikasi: Mana yang Tepat untuk Bisnis Anda?

Assurance vs Sertifikasi

Istilah penjaminan (assurance) dan sertifikasi (certification) sering muncul saat berbicara tentang keberlanjutan. Sayangnya, masih banyak pelaku bisnis pariwisata yang menganggap keduanya sama.

Padahal, keduanya punya fungsi yang berbeda dan memilih yang tepat bisa menghemat waktu, tenaga, dan biaya bisnis Anda.

Apakah bisnis Anda cukup melakukan assurance internal?
Atau perlu melangkah lebih jauh hingga meraih sertifikasi resmi?

Mari kita bahas perbedaan mendasar antara keduanya.

Apa Itu Assurance?

Assurance artinya penjaminan. Dalam konteks keberlanjutan, assurance adalah proses mengevaluasi atau memeriksa data, kebijakan, dan praktik bisnis Anda, untuk memastikan apakah semua klaim keberlanjutan sudah benar dan sesuai standar.

Sifatnya lebih fleksibel dan internal.

1. Contoh Assurance dalam bisnis pariwisata:

  • Melakukan audit internal untuk memeriksa konsumsi listrik hotel, apakah sudah sesuai target pengurangan energi?
  • Menggunakan konsultan independen untuk mengevaluasi kebijakan lingkungan hotel Anda, apakah sudah cukup untuk memenuhi standar?
  • Membuat laporan keberlanjutan tahunan dan meminta pihak ketiga memeriksa akurasi datanya.

Hasilnya? Anda memperoleh laporan penilaian, tetapi tidak berupa sertifikat resmi.

2. Tingkatan Assurance

level of assurance

Gambar diatas menggambarkan tingkatan jaminan (assurance) dalam proses verifikasi dan sertifikasi, khususnya dalam konteks keberlanjutan dalam industri pariwisata. Diagram tersebut menunjukkan lima level yang mencerminkan peningkatan tingkat kepercayaan dan ketidakberpihakan (impartiality).

Verifikasi Karakteristik
Zero Verification Tidak ada proses verifikasi sama sekali. Klaim keberlanjutan sepenuhnya berdasarkan pernyataan sendiri tanpa bukti.
1st-Party Assessment Penilaian dilakukan oleh organisasi itu sendiri. Tidak netral karena dilakukan secara internal.
2nd-Party Verification Verifikasi dilakukan oleh pihak yang memiliki hubungan dengan organisasi (misalnya mitra bisnis). Tingkat ketidakberpihakan masih diragukan.
3rd-Party Certification Sertifikasi oleh pihak ketiga yang independen. Dianggap netral, tetapi belum tentu diakreditasi.
3rd-Party Certification by an Accredited Certification Body Sertifikasi oleh pihak ketiga yang tidak hanya independen, tetapi juga diakui secara resmi oleh badan akreditasi. Ini adalah tingkat jaminan tertinggi.

3. Mengapa Ini Penting?

  1. Transparansi: Membantu publik dan pemangku kepentingan memahami seberapa dapat dipercaya suatu klaim keberlanjutan.
  2. Kepercayaan: Semakin tinggi levelnya, semakin besar kepercayaan yang bisa diberikan terhadap klaim tersebut.
  3. Standar Global: GSTC menggunakan kerangka ini untuk membedakan antara klaim keberlanjutan yang lemah dan yang benar-benar dapat diverifikasi secara profesional.

4. Kapan Anda memerlukan Assurance?

  1. Saat bisnis Anda belum perlu pengakuan eksternal, tetapi ingin memastikan praktik keberlanjutan sudah benar.
  2. Saat Anda ingin tahu gap antara kondisi bisnis saat ini dengan standar sertifikasi.
  3. Saat Anda ingin meningkatkan kepercayaan manajemen internal atau investor sebelum melangkah ke sertifikasi.

Apa Itu Sertifikasi?

Menurut GSTC (Global Sustainable Tourism Council) sertifikasi adalah proses penilaian yang dilakukan oleh pihak ketiga (bukan dari dalam perusahaan) untuk memastikan bahwa sebuah bisnis atau destinasi pariwisata sudah memenuhi standar tertentu. Tujuan sertifikasi adalah untuk memverifikasi apakah klaim keberlanjutan suatu bisnis atau organisasi benar adanya.

1. Contoh Sertifikasi di Pariwisata:

  1. GSTC Certification: diakui global, mencakup standar lingkungan, sosial, budaya, dan manajemen.
  2. Green Key: sertifikasi untuk hotel atau tempat wisata yang menjalankan praktik ramah lingkungan.
  3. Travelife: sertifikasi khusus untuk tour operator dan agen perjalanan.
  4. ISO 14001:  sertifikasi sistem manajemen lingkungan (bukan khusus pariwisata, tapi banyak diaplikasikan di sektor ini).

2. Apa yang Terjadi Saat Proses Sertifikasi?

  1. Pre-Assessment / Gap Analysis: Bisnis Anda diperiksa, mana yang sudah sesuai standar, mana yang belum.
  2. Implementasi Perbaikan: Jika ada kekurangan, Anda harus memperbaikinya dulu (misalnya mengurangi limbah, melengkapi SOP, melatih staf).
  3. Audit Resmi: Auditor dari lembaga sertifikasi mengunjungi lokasi bisnis Anda. Mereka mengecek dokumen, wawancara staf, dan memeriksa kondisi lapangan.
  4. Penerbitan Sertifikat: Jika lolos audit, Anda berhak memakai logo sertifikasi sebagai bukti kredibilitas bisnis Anda.

3. Bagaimana cara memilih lembaga sertifikasi pariwisata yang tepat?

Lembaga sertifikasi hadir dalam berbagai bentuk. Ada yang menjalankan proses audit secara ketat, netral, dan transparan. Tapi ada juga yang longgar dalam penilaian, bahkan cenderung hanya menjual label tanpa proses yang memadai. Di sinilah pentingnya memilih lembaga yang telah terakreditasi secara internasional.

Salah satu acuan utama dalam menilai kredibilitas lembaga sertifikasi adalah akreditasi dari GSTC (Global Sustainable Tourism Council). Akreditasi ini menjadi semacam “cap kualitas” yang menunjukkan bahwa lembaga tersebut:

  1. Menjalankan proses audit yang kompeten
  2. Bersikap tidak memihak
  3. Menjunjung tinggi transparansi

GSTC sendiri tidak memberikan sertifikasi langsung kepada bisnis atau destinasi. Sebaliknya, mereka berperan sebagai pengawas yang “mensertifikasi para pemberi sertifikasi.” Dengan kata lain, GSTC memastikan bahwa lembaga-lembaga yang mereka akreditasi benar-benar layak dipercaya.

Memilih lembaga sertifikasi bukan tentang mencari yang paling murah atau paling cepat akan tetapi memastikan bahwa klaim keberlanjutan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Dengan memilih lembaga yang terakreditasi dengan tepat, memastikan kita turut menjaga integritas gerakan pariwisata berkelanjutan.

Assurance vs Sertifikasi: Apa Bedanya?

Aspek Assurance Sertifikasi
Sifat Internal atau pihak ketiga independen Harus lembaga resmi & terakreditasi
Output Laporan penilaian, tidak ada sertifikat resmi Sertifikat resmi yang diakui pihak luar
Biaya Relatif lebih murah Lebih mahal karena audit formal
Kekuatan Branding Hanya untuk penggunaan internal Bisa digunakan secara publik sebagai alat marketing
Keperluan Pasar Tidak wajib untuk partner bisnis Biasanya jadi syarat kerjasama B2B/B2C global

Kenapa Assurance Penting Sebelum Sertifikasi?

Banyak bisnis langsung melompat ke sertifikasi padahal belum siap. Akibatnya:

  • Gagal audit sehingga rugi waktu dan biaya
  • Terpaksa mengeluarkan biaya besar mendadak untuk perbaikan
  • Staf tidak siap menghadapi auditor

Melakukan assurance lebih dulu membuat Anda:

  • Tahu kelemahan bisnis
  • Punya waktu untuk memperbaiki kekurangan
  • Menghemat biaya sertifikasi karena persiapan lebih matang

Bagaimana Memutuskan Mana yang Tepat untuk Bisnis Anda?

Tanyakan ini pada diri Anda:

  1. Apakah target pasar saya menuntut sertifikat resmi?
    Sertifikasi mungkin wajib, misalnya jika Anda mengincar wisatawan yang peduli dengan isu lingkungan atau ingin kerjasama dengan partner/klien yang mewajibkan bisnis dengan sertifikasi keberlanjutan.
  2. Apakah saya hanya ingin memastikan internal bisnis saya sudah berkelanjutan?
    Mungkin cukup dengan assurance saja dulu.
  3. Apakah saya punya budget untuk audit sertifikasi sekarang?
    Jika belum, lakukan assurance sambil menyiapkan anggaran untuk sertifikasi di kemudian hari.

Assurance dan sertifikasi adalah dua hal berbeda, tapi saling melengkapi.

  • Assurance: untuk memeriksa kesiapan internal bisnis Anda, lebih murah, cocok untuk langkah awal.
  • Sertifikasi: untuk pengakuan eksternal, meningkatkan kepercayaan pasar, dan mendongkrak reputasi bisnis Anda.

Ingat, sertifikasi tidak selalu wajib, tapi makin hari semakin menjadi aspek yang diperhitungkan bagi bisnis secara global. Kalau Anda ingin masuk ke pasar internasional, sertifikasi bisa menjadi kartu as bisnis Anda.

Artikel Terkait

Menu
English »