Blog

  1. Home
  2. Blog
  3. Rethinking Tourism and G20 Bali Guideline

Rethinking Tourism and G20 Bali Guideline

Rethinking Tourism and G20 Bali Guideline

Kendati mengalami penurunan jumlah kedatangan wisatawan secara drastis di dua tahun terakhir, jumlah kedatangan di awal tahun 2022 mencapai dua kali lipat dari jumlah kedatangan di tahun 2021. Bahkan di beberapa belahan dunia, jumlah kedatangan wisatawan telah pada level yang sama hingga lebih dari jumlah sebelum pandemi.

Pariwisata yang kini telah menjadi agenda sebagian besar pemerintah dan organisasi internasional di seluruh dunia tengah aktif mengadopsi dan beradaptasi dalam menghadapi berbagai tantangan dan tanggung jawab, sebagaimana yang ditampilkan pada penandatanganan Glasgow Declaration on Climate Action in Tourism yang diprakarsai oleh UNWTO.

Pembahasan “Transitioning into Greener Tourism” oleh Bobobox sejalan dengan tema World Tourism Day 2022 yakni “Rethinking Tourism”. Melalui tema tersebut, UNWTO mengajak kita untuk berpikir ulang tentang bagaimana kita menjalankan pariwisata, terutama terkait aspek “people” dan “planet” serta menjawab pertanyaan-pertanyaan: Where is tourism going? Where do we want to go? And how do we get there? Selain itu, Sekretaris Jenderal UNWTO Zurab Pololikashvili menyebutkan bahwa semua sektor pendukung pariwisata harus bekerja sama dalam mencapai sustainable development agenda 2030. Dengan kata lain, perayaan tersebut sejalan dengan tujuan dan konsep green tourism.

Baca juga: Indonesia Menuju Climate Positive Tourism

Tantangan dan kesempatan untuk berkembang ke arah pariwisata berkelanjutan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tema “Rethink Tourism” menginspirasi kita semua terhadap berbagai isu seperti pembangunan yang di dalamnya terdapat pendidikan dan pekerjaan. Kemudian tentu adalah isu dampak pariwisata terhadap keberlangsungan planet bumi dan berbagai kesempatan agar dapat berkembang secara berkelanjutan. 

Ditambah dengan perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, polusi, isu sosial, ketidaksetaraan ekonomi dan wilayah, digitalisasi dan tantangan ekonomi global saat ini.

Tema yang diangkat pada WTD 2022 mengharuskan pemangku kepentingan di sektor pariwisata menyatukan visi dan misi melalui ide-ide atau gagasan kreatif yang berorientasi terhadap ‘people’ dan ‘planet’ guna memperkuat resiliensi atau ketahanan. Sehingga sektor pariwisata tidak rentan terhadap bencana dan kesempatan untuk berkembang ke arah pariwisata berkelanjutan semakin terbuka lebar.

Walaupun demikian, berbagai jenis prioritas tetap harus disorot dalam rangka mencapai apa yang dimaksud dengan sustainable tourism dan destination resiliency itu sendiri. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Retaining and attracting talent;
  • Upskilling, reskilling and newskilling the workforce;
  • Digital adaptation for MSMEs and communities;
  • Improving multi-level coordination and whole of government approach;
  • Promoting evidence, data driven policies;
  • Broadening visitation to underserved communities and promote new products and destinations;
  • Attracting private sector investment; and
  • Supporting the transition towards a green travel and tourism economy.

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk memastikan adanya dampak positif dalam jangka panjang

‘Bali Guideline’ yang telah disepakati pada Tourism Ministerial Meeting akan menjadi pedoman jalannya panel diskusi di WTD 2022 yang berisi pilar-pilar aksi yang merupakan prioritas dari negara-negara G20 menuju pemulihan dan ketahanan.

Pada pedoman pilar pertama mengenai “Human Capital: Jobs, Skill, Entrepreneurship and Education” terdapat 10 langkah yang diantaranya adalah:

  • Improve the current situation in the collection of disaggregated data and the analysis of the tourism labor market.
  • Support tourism MSMEs recovery and resilience with specific programmes.
  • Enhance the linkages to other sectors along the tourism value chain and reduce leakages.
  • Promote active policies and initiatives that stimulate entrepreneurship.
  • Promote access to universal, adequate, gender sensitive and sustainable social protection to all engaged in the tourism sector, fair wages, decent working conditions, occupational safety and health, and protect all workers against violence and harassment, advancing the transition towards formality within existing international and national legal frameworks
  • Enable newskilling (skills acquisition), upskilling and reskilling for workers throughout their working lives.
  • Maximize the use of digital tools in education and skills development, and support tourism practitioners with the necessary certified digital learning tools to foster recognition of prior learning.
  • Promote the development of multistakeholder partnerships in building a new approach to education and training in tourism.
  • Encourage the industry-led engagement in the update of competency standards and curricula, as well as national mechanisms to drive tourism skills policy and develop campaigns that value employment in tourism, attract and retain talent.
  • Promote the creation of and skills development for sustainable jobs.

Di pedoman pilar kedua mengenai “Innovation, Digitalization and the Creative Economy” terdapat 9 langkah yang diantaranya adalah:

  • Foster innovation along the whole tourism value chain, with a particular focus on digitalization and the creative economy.
  • Promote the creation of market intelligence systems and train MSMEs and communities to use them within relevant regulation frameworks.
  • Foster partnerships with tech companies to accelerate digital transformation, innovation and sustainable solutions for MSMEs and startups in the tourism sector.
  • Prioritize the digitalization within tourism policies and promote specific programmes to support the digital transformation of MSMEs and communities.
  • Support the digital transformation of rural areas.
  • Foster responsible innovation that focuses on solutions which are socially desirable and undertaken with the public interest in mind.
  • Promote market and product diversification through the creative industries, digitalization and the promotion of community development through tourism.
  • Harness the value of intellectual property (IP) for tourism.
  • Foster technology to promote safe mobility and step up consumer confidence, as well as improve preparedness for future crises.

Pilar ketiga mengenai “Women and Youth Empowerment” terdapat 8 langkah yang diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Take measures to address the gender pay gap in tourism.
  • Promote entrepreneurship with dedicated programmes targeted at women
  • Advance women’s full and equal participation in leadership, policy and decision-making.
  • Promote education and training in tourism through programmes specifically for women and youth.
  • Place gender equality at the core of tourism policies and business practices – and the experiences of diverse women – throughout policy, programme and strategy development.
  • Empower women’s participation in communities and civil society in tourism.
  • Advance the measurement of tourism data on gender and age for better policies.
  • Integrate the targeting strategies within the women and youth labor market profiling to make it easier for the public and private sectors to reach youth and women in occupational categories

Baca juga: Rethinking Tourism: Bepergian secara Bijak dengan Meminimalisir Jejak Karbon

Pilar keempat mengenai “Climate Action, Biodiversity Conservation and Circularity” terdapat 9 langkah yang diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Accelerate the transition towards low GHG emissions in tourism.
  • Engage the tourism sector in emission removal.
  • Capture the value of conservation through tourism.
  • Support conservation efforts through tourism.
  • Invest in nature-based solutions for sustainable tourism.
  • Invest in the transition of tourism value chains towards circularity.
  • Prioritize sustainable food approaches for circularity.
  • Shift towards a circularity of plastics in tourism.
  • Steer recovery funds towards sustainable tourism and promote sustainable finance mechanisms

Pilar kelima mengenai “Policy, Governance and Investment Frameworks” terdapat 11 langkah yang diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Align tourism development with the 2030 Agenda for Sustainable Development
  • Strengthen whole of government, multilevel coordination for tourism planning and management and community development.
  • Enhance tourism governance through public-private-community partnerships (PPCPs), which enable the collective development of tourism products and services, as well as the management of community resources for mutual benefit through jointly assuming risks and responsibilities while sharing resources and competences.
  • Promote human capital development through targeted policies and programmes for education and capacity building for communities attending to diversity and inclusion.
  • Enable frameworks for tourism investments.
  • Promote strategies and schemes to safeguard tourism investment, in coordination with investment promotion agencies (IPAs) and their respective governments.
  • Strengthen support for tourism investment from financial institutions, including international financial institutions, and foster the development of alternative modes of finance.
  • Ensure that tourism is integrated in overall crisis management policies and actions.
  • Develop procedures for meeting the needs of tourists affected by crisis situations and adhere to the Global Code for the Protection of Tourists.
  • Improve tourism data, including the use of big data, for evidence-based policymaking, planning and management, and advance towards the Measurement of Sustainability in Tourism
  • Enhance international cooperation and official development assistance through tourism, with a particular focus in the recovery and resilience of MSMEs and communities.

Eco Tourism Island

Manfaat dari sustainable tourism dari segi lingkungan, budaya, dan sosial-ekonomi

Tentu sustainable tourism membawa berbagai manfaat terhadap destinasi pariwisata yang signifikan jika diterapkan dengan baik. Manfaat yang menjadi modal besar bagi penerapan sustainable tourism adalah manfaat jangka panjang dari segi lingkungan, budaya, dan sosial-ekonomi. Cakupan sustainable tourism dari segi lingkungan meliputi manfaat positif terhadap sumber daya alam (natural resources), kualitas air dan udara (water and air quality), konservasi energi (energy conservation), dan penggunaan lahan (land use). Beberapa manfaat yang dihasilkan dari praktik sustainable tourism terhadap lingkungan, yakni di antaranya:

  1. Meminimalisirnya dampak negatif terhadap lingkungan
  2. Konsumsi energi dan penggunaan sumber daya lainnya (seperti air) yang lebih bertanggung jawab dan bijak
  3. Mendorong adanya kesadaran konservasi terhadap ekosistem

Kemudian dari segi sosial-budaya, praktik sustainable tourism mencakup pendidikan, kesetaraan, kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup. Praktik sustainable tourism dapat bermanfaat untuk beberapa hal, yakni:

  1. Mendorong adanya konservasi dan penggunaan budaya lokal yang bertanggung jawab
  2. Menciptakan iklim yang respectful bagi masyarakat setempat sekaligus dapat mempromosikan dan memperkenalkan budaya lokal
  3. Berkontribusi terhadap naiknya kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat lokal
  4. Meningkatnya taraf pendidikan dan keterampilan masyarakat lokal
  5. Memperhatikan akses masyarakat terhadap kepemilikan sumber daya setempat

Terakhir adalah manfaat dari segi ekonomi, baik secara makro maupun mikro, manfaat yang diberikan di antaranya adalah:

  1. Meningkatkan ekonomi lokal dan nasional
  2. Mendorong adanya penyebaran pembangunan ekonomi di banyak tempat
  3. Meningkatnya pendapatan masyarakat
  4. Mendorong adanya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif

Dalam usaha penerapan praktik sustainable tourism, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi, terutama untuk membangkitkan dan menciptakan masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan secara ekonomi setelah pandemi Covid-19. Selain itu, tantangan lainnya adalah terkait permasalahan perubahan iklim, terdegradasinya keanekaragaman hayati (biodiversity), tingginya polusi, ketimpangan ekonomi, digitalisasi, dan berbagai isu ekonomi global saat ini.

Author: Rega Aldiaz Wahyundi – Junior Analyst Wise Steps Consulting

Artikel Terkait

Menu
English »
Open chat
Halo 👋

Ada yang bisa kami bantu?