Sesuai tujuan Kemenparekraf yang tertera pada Rencana Strategis Kemenparekraf 2020-2024, bahwa Quality Tourism Experience menjadi paradigma dan tujuan utama arah pengembangan pariwisata di Indonesia. Arah pengembangan tersebut telah banyak menjadi wacana pembahasan beberapa tahun terakhir di berbagai platform. Berdasarkan definisi dari Kemenparekraf, “Quality Tourism” atau konsep pariwisata berkualitas adalah berwisata dengan menghabiskan waktu di suatu destinasi dengan benar-benar memaksimalkan seluruh kegiatan wisata sekaligus juga menjadi wisatawan yang bertanggung jawab.
Pergeseran fokus dari kuantitas pengunjung ke kualitas pengalaman
Bagi pariwisata yang berkualitas, kuantitas pengunjung suatu destinasi tidak lagi menjadi unsur terpenting, melainkan yang terpenting adalah bagaimana meningkatkan kualitas pengalaman pengunjung di suatu destinasi (Suryani dkk., 2023). Dengan kata lain, destinasi (supply), perlu memperhatikan dan menyediakan pengalaman yang dapat menunjang aktivitas pariwisata yang berkualitas, seperti pelibatan wisatawan dalam keseharian penduduk lokal hingga aktivitas yang dapat berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan setempat. Tanpa dukungan aspek destinasi, dampak positif dari pariwisata yang berkualitas tidak akan optimal diterima oleh destinasi.
Meningkatkan Kualitas Pariwisata dari Sisi Demand
Pembahasan mengenai quality tourism saat ini sudah banyak dibahas terutama dari sisi destinasi, lebih spesifiknya mengenai pentingnya untuk menciptakan dan mempersiapkan destinasi dalam menunjang pariwisata yang lebih berkualitas. Maka dari itu, pembahasan pada artikel ini akan lebih merujuk pada sisi demand atau wisatawan.
Dari segi wisatawan (demand), quality tourism seringkali juga dianggap sejalan dengan konsep luxury tourism yang mengedepankan wisatawan dengan pengeluaran yang tinggi selama di destinasi sehingga dapat berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi destinasi atau industri (Nalendra dkk., 2020). Oleh karena itu, aspek length of stay dan spending perlu diperhatikan untuk memilih wisatawan mana yang lebih berkualitas dan berpeluang dapat lebih berkontribusi terhadap perputaran ekonomi di destinasi. Kedua aspek tersebut juga akan merepresentasikan karakteristik wisatawan serta potensi dampaknya terhadap revenue suatu bisnis pariwisata. Pada pembahasan artikel ini, pasar pariwisata berkelanjutan disebut juga dengan quality tourist.
Baca juga: Dinamika Pertumbuhan Pasar Pariwisata Berkelanjutan serta Kecenderungannya dalam Berwisata
Segmen Wisatawan Berdasarkan Pendapatan dan Aspek Keberlanjutan
Segmentasi international quality tourist Indonesia tervisualisasikan dan terpetakan melalui kuadran seperti Gambar 1. Gambar tersebut merepresentasikan posisi top 10 international tourist market yang datang ke Indonesia, beberapa di antaranya adalah Malaysia, Singapura, Tiongkok, dan Australia. Di antara 10 pasar utama wisatawan, wisatawan asal negara J memiliki level length of stay (LOS) yang signifikan tinggi di antara pasar wisman lainnya dengan rata-rata LOS 14,56 hari. Sedangkan, spending paling tinggi ditempati oleh wisatawan asal negara F dengan spending rata-rata sebesar 1.383 USD per kunjungan. Kedua negara tersebut tergolong dan masuk pada kuadran 2. Pasar wisatawan di kuadran 2 merepresentasikan potensi yang besar, terutama pasar F dan G yang bukan hanya memiliki LOS dan spending yang tinggi, melainkan juga memiliki proporsi pasar yang juga besar dilihat dari besarnya ukuran bubble pada kuadran.
Lebih dari itu, quality tourist juga dapat dilihat secara holistik dengan tidak hanya melihat dari sisi pengeluaran wisatawan, tetapi juga sikap atau kebiasaan wisatawan dalam aspek sosial-budaya dan lingkungan ketika berada di destinasi. Secara konsep, aspek sikap dan kebiasaan tersebut dapat juga dilihat melalui paradigma sustainable tourist. Mendapatkan sustainable tourist segment berarti juga memperbesar kemungkinan aktivitas pariwisata yang ada berdampak positif terhadap sosial-budaya, ekonomi, dan lingkungan. Maka dari itu, pariwisata yang berkualitas tentunya juga mendukung aspek berkelanjutan. Dalam upaya mensegmentasikan, dapat dilakukan dengan menggabungkan dua aspek, yakni spending/income dengan sustainability aspect melalui cross-tabulation.
Terlihat pada Gambar 2 yang merupakan visualisasi penggabungan antara aspek income/spending dengan sustainability aspect. Pada penggabungan tersebut, terbentuklah beberapa model atau kriteria wisatawan. Pertama, The Philantraveller yang merupakan wisatawan-wisatawan yang berasal dari negara dengan tingkat implementasi keberlanjutan yang tinggi serta memiliki penghasilan atau pengeluaran yang tinggi. Seringkali kurang toleran terhadap implementasi yang kurang berkelanjutan di destinasi tujuan. The Common Luxury Tourist adalah wisatawan berpendapatan atau berpengeluaran yang tinggi namun tidak terlalu memperhatikan aspek berkelanjutan dalam suatu destinasi. The Misfit Tourist adalah wisatawan yang berpenghasilan atau berpengeluaran rendah serta cenderung tidak memperhatikan budaya lokal serta lebih banyak melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kearifan lokal. The Early Majority Tourist merupakan wisatawan pada umumnya yang berpenghasilan menengah bawah dan mulai peka terhadap isu-isu keberlanjutan. Segmen ini banyak dihuni oleh anak-anak muda (Gen Z dan Gen Y) di awal karirnya. Terakhir, The Responsible “Eco” Traveller merupakan wisatawan yang sudah memiliki kepedulian tentang isu keberlanjutan yang tinggi, namun memiliki penghasilan bersih menengah bawah atau berpengeluaran cukup sedikit.
Mengoptimalkan Potensi Pasar dengan Memperhatikan Kedua Sisi (Existing dan Berpotensial)
Berdasarkan uraian di atas, penggolongan wisatawan dapat menjadi acuan untuk melihat pasar yang ada (existing) maupun berpotensial. Selain itu, kesiapan destinasi bukan serta menjadi poin yang paling signifikan dalam menciptakan ekosistem pariwisata yang berkualitas, melainkan juga perlu untuk mempertimbangkan aspek dan karakteristik wisatawan sehingga dapat menciptakan keselarasan antara destinasi dan preferensi pasar.
Instrumen dan Data dalam Whitepaper Market Insight 2023
Wise Steps Consulting telah merilis publikasi mengenai market update 2023 yang membahas tentang tourist origin shifting towards post crisis, population outlook, lifestyle & behaviour, serta market strategy approach yang dapat bermanfaat untuk menangkap pasar pariwisata di Indonesia terkini. Data visualisasi di atas juga merupakan beberapa instrumen dan data yang ada di dalam Whitepaper kami. Apabila kamu tertarik, maka pesan sekarang!
By: Muhammad Sofyan Hadi, Business Analyst