Blog

  1. Home
  2. Blog
  3. Konsep Pengembangan Cycling Tourism Sebagai Wisata Unggulan Daerah Pasca Pandemi

Konsep Pengembangan Cycling Tourism Sebagai Wisata Unggulan Daerah Pasca Pandemi

Cycling Tourism

Cycling Tourism
Seperti kita ketahui bersama bahwa pandemi COVID-19 sangat merubah segala aspek kehidupan, termasuk perilaku wisatawan saat merencanakan, memilih destinasi, dan cara untuk memutuskan untuk berlibur. Sebelum pandemi, orang cenderung kurang memperhatikan kesehatan dan kebersihan ketika berlibur, namun setelah pandemi mereka jauh lebih hati-hati. Oleh karena itu, saat ini tren seperti bersepeda, pola makan sehat, dan olahraga menjadi tren yang booming di banyak destinasi.  Kemudian mereka juga lebih banyak memilih tempat yang terbuka atau outdoor seperti pegunungan atau danau agar penularan dapat terhindarkan .

Dengan kebijakan penutupan international border di beberapa negara dan banyaknya yang mengalami second wave bahkan third wave virus varian baru COVID-19 termasuk India, tidak heran banyak destinasi yang mengandalkan turis domestik untuk sekedar mengisi kekosongan occupancy dan membantu pemulihan sektor pariwisata yang menjadi sektor yang paling terimbas. Di Indonesia, hal ini juga menemukan tantangan karena pemerintah sering memberlakukan PKPM dan penutupan tempat wisata yang berada di zona merah. Sehingga para pengelola destinasi khususnya pemerintah daerah harus memikirkan ulang serta menciptakan inovasi untuk menangkap peluang yang ada.

Melihat tren dan perubahan diatas, maka pilihan yang cukup menarik bagi pengelola destinasi di daerah adalah mengembangkan sport tourism, yaitu cycling tourism. Selain karena potensi pasar yang mendukung, wisata sepeda juga tidak memerlukan anggaran yang besar dalam pengembangannya, cukup memanfaatkan aset dan potensi daerah yang sudah ada. Wisata sepeda juga dianggap sebagai jenis wisata yang mendukung penerapan pariwisata berkelanjutan yang terdiri dari pilar sosial ekonomi, budaya, dan lingkungan. Dari pengamatan saya yang juga pesepeda, rata-rata para goweser ini lebih memilih nongkrong atau sekedar mencari sarapan di kaki lima atau UMKM karena menyediakan jajanan pasar yang murah meriah. Hal ini juga terkadang berlaku bagi rider yang memiliki sepeda mahal. Akhirnya ekonomi lokal berbasis UKM dan masyarakat dapat bergerak. Selain itu dari sisi lingkungan, sepeda tidak mengeluarkan emisi dan dampak terhadap lingkungan sangat minim dengan catatan perilaku goweser juga tidak membuang sampah sembarangan.

Bagi daerah yang ingin mengembangkan wisata sepeda-nya sebagai wisata alternatif di kala pandemic, Wise Steps Consulting akan membagi beberapa tips bagaimana Pemda maupun pengelola destinasi harus memulai. Secara garis besar, pengembangan wisata ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu visi, strategi dan taktik (Lihat Gambar 1). Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa visi pengelola maupun pemda sudah menjadikan sektor pariwisata menjadi sektor unggulan. Hal ini penting agar nantinya dalam proses pengembangan wisata sepeda, diperlukan kordinasi antar kedinasaan seperti dinas pariwisata, olahraga, PUPR, perhubungan, dan pendidikan kebudayaan. Diperlukan satuan kordinasi sebagai media komunikasi antar kedinasan dalam pengembangan wisata sepeda yang terkadang menyangkut banyak aspek.

Cycling Tourism Model

Gambar 1: Langkah Pengembangan Cycling Tourism

 

Langkah kedua adalah menyusun strategi pengembangan wisata sepeda (Cycling Tourism Development Strategy) yang menyangkut aspek analisa perubahan, analisa pesaing, analisa destinasi, analisa pasar, segmentasi, targeting, positioning destinasi, hingga membangun branding destinasi. Yang tidak kalah penting dalam kajian ini adalah menyesuaikan karakter destinasi dengan segmen pesepeda (Lihat Gambar 2). Di Indonesia sendiri pasar potensial goweser dapat dilihat dari jenis sepeda dan karakter pengendaranya. Mulai dari road bike, XC (Cross Country), XC Trail, Seli (Sepeda Lipat), BMX, All Mountain / Enduro, sampai Down Hill yang sering kali dibedakan dari spek sepeda dan juga trek yang dilalui. Tentunya target pasar wisata sepeda akan ditentukan oleh karakter destinasinya apakah banyak pegunungan atau justru malah lebih ke perkotaan yang memiliki jalan aspal yang lebar.

Segmentation

Gambar 2: Segmentasi Pasar Cycling Tourism

Langkah berikutnya adalah menyusun perencanaan yang sifatnya lebih taktis seperti penentuan rute sepeda, infrastruktur dasar, interpretasi, kolateral pemasaran (cth: brosur, website, peta, dan panduan), event, serta pelatihan untuk pemangku kepentingan terkait wisata sepeda. Wise Steps Consulting dapat membantu pengelola destinasi seperti pemerintah daerah dalam menyusun strategi hingga ke ranah taktis dalam pengembangan wisata sepeda di daerahnya masing-masing. Hal yang kami lakukan adalah mulai dari kajian pasar dengan mengadakan survey online, focus group discussion, maupun wawancara mendalam untuk mendapatkan masukan penting terkait kebutuhan dan keinginan pasar.

By: Mochamad Nalendra

Cycling Tourism

Artikel Terkait

Menu
English »
Open chat
Halo 👋

Ada yang bisa kami bantu?