Desa Sengkol dan Desa Rembitan, kedua desa ini merupakan desa yang Wise Steps Foundation dampingi berkolaborasi dengan Wise Steps Consulting dalam program ISED oleh GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit).
Melalui pelatihan dan pendampingan intensif yang dilakukan oleh WSF dan WSC, terdapat ragam produk dan potensi yang dapat dikembangkan di Desa Sengkol dan Desa Rembitan. Setelah melalui berbagai diskusi dan pengambilan keputusan secara bersama, kedua desa ini memilih produk kerajinan tangan sebagai produk yang akan dikembangkan.
Produk wisata tidak melulu berbentuk taman wahana dan rekreasi, tidak juga selalu berupa program kegiatan yang terancang, ataupun jasa layanan akomodasi dan lainnya. Tapi cinderamata, souvenir, buah tangan dan ragam istilah lainnya merupakan salah satu produk yang terlihat sepele tapi sebenarnya mampu menjadi media atau produk yang mampu membuat pengalaman berwisata bisa dibawa pulang.
Desa Sengkol memilih olahan rotan sebagai salah satu kerajinan tangan yang dikembangkan. Produk kerajinan rotan ini dijalankan oleh kelompok Mele Maju – Desa Sengkol yang beranggotakan para ibu-ibu yang sekaligus berperan sebagai pengrajin rotan. Di bawah kordinasi Lia (salah satu local champion setempat) dan pendampingan dari Wise Steps Foundation, kelompok Mele Maju akhirnya melahirkan beberapa buah kerajinan anyaman rotan yang dikombinasikan dengan aneka ragam cangkang kerang. Olahan rotan yang dibuat diantaranya placemats & coaster, tempat sampah, keranjang buah dan kotak tisu. Produk olahan rotan ini diberi nama Lingsir yang berai Orang Tua. Filosofinya sederhana, karena olahan rotan ini mayoritas diproduksi oleh orang tua yang juga didominasi oleh perempuan dan melalui produk rotan ini diharapkan mampu memberdayakan orang tua yang ada di desa Sengkol.
Beranjak beberapa kilometer ke arah selatan dari desa Sengkol menuju sebuah desa yang dikenal dengan kampung adat tertuanya dan kekentalan kulturnya, yaitu Desa Rembitan. Desa Rembitan memilih produk kerajinan tangan pakaian yang diproses dengan metode tie-dye menggunakan pewarna alami. Banyaknya limbah warna tekstil dan sudah mainstream-nya produksi kaos di desa ini menjadi salah satu alasan kenapa produk ini dipilih. Desa Rembitan ingin menciptakan sesuatu yang berbeda dan mampu memecahkan masalah sekitar. Akhirnya produk ini pun diciptakan di bawah kelompok Pemuda Rembitan Kreatif yang menwarkan produk pakaian berbasis warna alami, serta program workshop Eco-Tie Dye yang menjad wadah bagi wisatawan yang ingin belajar membuat Eco-Tie Dye. Produk ini dijalankan oleh para pemuda yang didominasi perempuan yang juga menjadi Dyer atau pengrajin T-shirt Eco-Tie Dye.
Kedua produk yang ditawarkan Desa Sengkol dan Desa Rembitan in telah melalui berbagai uji coba dan evaluasi dalam pengembangan prototype-nya. Hingga akhirnya pada tanggal 13 Februari 2021, produk kerajinan tangan ini diluncurkan secara lokal dalam kegiatan Lombok Eco Flea Market. Pada akhir Maret, produk-produk ini (rotan, Eco-Tie Dye T-Shirt dan program Workshop Eco-Tie Dye) rencananya akan diluncurkan secara nasional melalu media sosial.
Produk-produk ini diharapkan mampu memberikan dampak ekonomi secara langsung bagi kelompok dan desa, serta bisa menjadi wadah pemberdayaan yang dalam proses pembuatan produknya melibakan para perempuan.