Pandemi COVID-19 telah melumpuhkan industri kepariwisataan global selama setahun terakhir. Dengan rendahnya tingkat kunjungan domestik dan mancanegara, praktisi pariwisata di seluruh dunia menemukan berbagai kesulitan untuk menjaga bisnisnya tetap berlangsung sehingga menyebabkan turunnya semangat dan optimisme para pelaku wisata.
Sebagai induk industri wisata dan ekonomi kreatif di Indonesia, KEMENPAREKRAF memang telah melakukan berbagai stimulus pemulihan industri pariwisata, baik dalam bentuk bantuan ekonomi, pelatihan, dan berbagai kebijakan pendukung wisata. Akan tetapi, sebagaimana disampaikan oleh UNWTO dalam projek One Planet for a Responsible Recovery of the Tourism Sector, pemulihan pariwisata merupakan kerjasama antara para pemangku kebijakan, termasuk di dalamnya pengusaha dan praktisi pariwisata. Lebih jauh lagi, peran pengusaha dan praktisi yang berhubungan langsung dengan destinasi menjadi sangat penting dalam menjaga semangat pembangunan. Terdapat tiga hal yang harus menjadi perhatian pengusaha wisata di destinasi, yaitu:
1. Peluang Perubahan Melalui Pemahaman Industri Global
Pandemi COVID-19 telah mengubah wajah kepariwisataan dunia. Selama pandemi, industry pariwisata mengalami kemunduran jumlah kunjungan hingga mencapai 80% dari tahun sebelumnya. Hal ini pun menimbulkan pembicaraan mengenai masa depan pariwisata global yang berfokus pada penciptaan industri yang lebih berkelanjutan namun memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi krisis masa depan. Pembangunan industri difokuskan pada keikutsertaan masyarakat lokal dalam perkembangan pariwisata daerah yang mendorong stabilitas ekonomi dengan tetap memperhatikan keseimbagan alam.
Bagi pengusaha, harusnya bisnis-bisnis pariwisata di era pandemi ini mendukung evaluasi bisnis dan perencanaan baru untuk menjalankan bisnis di masa depan. Pengusaha dapat menilik kembali kelebihan dan kekurangan bisnis yang selama ini dijalankan. Munculnya berbagai tren wisata dapat menjadi referensi bagi perkembangan bisnis yang lebih berdampak bagi destinasi. Pengusaha juga dapat merencakan untuk mulai menyasar wisatawan domestik sehubungan dengan penutupan batas negara yang membatasi pergerakan wisata internasional. Dalam hal ini, kreativitas pengusaha sangat dibutuhkan untuk membuat produk-produk yang menarik, aman, dan eksklusif.
2. Pemanfaatan Teknologi
Pembatasan mobilitas yang terjadi selama setahun terakhir telah membuktikan ketergantungan manusia terhadap teknologi. Berjalannya industri pariwisata di era pandemi pun tidak luput dari peran teknologi. Penggunaan teknologi dalam bentuk virtual tour dan Virtual Intelegence (VI) berhasil menjaga animo wisatawan dalam berwisata sekaligus membuka kesempatan bagi berbagai destinasi untuk memperkenalkan atraksinya. Di sisi lain penggunaan Artificial Intelegence (AI) dan Big Data sangat membantu terciptanya perjalanan yang lebih aman, bersih, dan cepat. Sehubungan dengan perkembangan teknologi, media sosial juga telah menjadi bagian dari kehidupan modern. Berdasarkan laporan “Digital 2021: The Latest Insights into The State of Digital” dari We Are Social dan Hootsuite (terbit Februari 2021), saat ini 73,7% penduduk Indonesia aktif menggunakan internet. Pengguna media sosial sejumlah 61,8% dari total penduduk juga aktif menggunakan media sosial selama setidaknya 3 jam 14 menit sehari.
Melihat kondisi ini, dapat dipastikan bahwa teknologi akan terus berkembang bersamaan dengan pertumbuhan industri wisata. Oleh karena itu, pengusaha harus mulai dapat mengadopsi kemajuan teknologi dan memanfaatkannya secara maksimal. Secara sederhana, pengusaha dapat memulainya melalui manajemen media sosial perusahaan secara profesional. Media sosial berfungsi bukan hanya sebagai media informasi dan penyampaian produk, namun juga menjadi media untuk menyapa konsumen, edukasi pariwisata, dan update kegiatan perusahaan sehingga manajemen konten, target capaian, dan proses penyampaian kepada penonton perlu dipikirkan secara matang.
3. Dukungan Terhadap Program Kesehatan
Poin terakhir yang perlu menjadi perhatian seluruh pelaku wisata adalah perlunya kesadaran dan dukungan kepada berbagai program kesehatan yang dilakukan pemerintah; baik itu vaksinasi, pembatasan mobilitas, dan penggunaan protokol kesehatan. Perlu disadari bahwa permasalahan kesehatan merupakan inti problematika yang perlu diselesaikan bersama.
Walaupun banyak negara mulai membuka perbatasan negaranya dan mengizinkan kunjungan turis, penerapan protokol kesehatan tetap menjadi perhatian utama. Amerika Serikat memutuskan untuk membuka wisatanya dengan ketentuan travel bubble dengan berbagai negara. Bagi wisatawan domestik, wisata sudah dapat dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan. Di negara-negara Eropa seperti Jerman, Perancis, Italia, dan Yunani, pemulihan wisata dibarengi dengan sinergi penyediaan data sertifikasi kesehatan (vaksinasi, data kesembuhan dari virus, dll) berbasis digital. Selain itu berbagai usaha pengendalian kasus juga tetap dijalankan, seperti Inggris yang mencoret negara Portugal dari daftar hijaunya karena adanya kenaikan kasus dan Rusia yang menerapkan kembali lockdown di negaranya. Di Singapura, perbatasan kembali dibuka seiringan dengan kebijakan negara yang menggecarkan program vaksinasi.
Melihat banyaknya contoh kasus dari berbagai negara, dapat disimpulkan bahwa hal terpenting adalah memastikan penyebaran virus tetap terkendali. Untuk itu, sebagai salah satu pemangku di destinasi wisata, pengusaha wajib membantu pemerintah untuk menertibkan wisatawan yang tidak taat. Ketaatan terhadap protokol akan membantu pengurangan jumlah kasus, dan dengan demikian mempercepat revitalisasi industri.
Dengan demikian, jelas bahwa berhentinya proses wisata selama masa pandemi tidak selamanya berdampak buruk bagi bisnis. Dibalik kerugian finansial yang ditimbulkan, era ini merupakan masa untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem pariwisata yang sebelumnya telah ada. Pengusaha sebagai ujung tombak perkembangan destinasi perlu bersinergi dengan pihak-pihak yang terlibat untuk kemajuan destinasi wisata yang lebih baik.
Wise Steps Consulting dapat membantu bisnis pariwisata dalam memetakan perubahan yang terjadi melalui riset pasar serta merekomendasikan bisnis dalam menentukan strategi dan investasi.
by: Elizabeth Okita