Blog

  1. Home
  2. Blog
  3. Dinamika Pertumbuhan Pasar Pariwisata Berkelanjutan serta Kecenderungannya dalam Berwisata

Dinamika Pertumbuhan Pasar Pariwisata Berkelanjutan serta Kecenderungannya dalam Berwisata

Dinamika Pertumbuhan Pasar Pariwisata Berkelanjutan serta Kecenderungannya dalam Berwisata

Tak dapat dipungkiri bahwa pariwisata global saat ini mulai menjadikan pariwisata berkelanjutan sebagai agenda penting dalam mengembangkan industri pariwisata. Berbagai otoritas di beragam level telah menaruh perhatiannya kepada pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, mulai dari pemerintah dengan undang-undangnya (Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. 9 Tahun 2021 dalam konteks Indonesia) hingga usaha pariwisata seperti hotel dan destinasi yang mulai berupaya menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan. Nah, fenomena ini memunculkan pertanyaan, apakah penerapan tersebut dilakukan hanya untuk memenuhi tanggung jawab moril ataukah ada manfaat lainnya?

Jadi Wise People, sebenarnya penerapan praktik pariwisata berkelanjutan pada usaha-usaha pariwisata ada manfaatnya lho. Beberapa di antaranya adalah meminimalisir risiko yang berkaitan dengan tanggung jawab dan tata kelola perusahaan sehingga terhindar dari kerugian-kerugian di masa mendatang dan juga memperkuat posisi perusahaan di pasar. Dengan kata lain, ternyata penerapan pariwisata berkelanjutan tersebut juga dapat bermanfaat secara bisnis.

Berbicara mengenai pasar, di artikel ini kita coba mencari tahu, memangnya sebesar apa sih pasar pariwisata berkelanjutan atau yang disebut juga dengan sustainable tourists

Baca juga: Sustainable Marketing: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

Wise people pasti tahu tentang Booking.com kan? Nah, media tersebut setiap tahunnya merilis report mengenai sustainable travel dengan men-survey para global traveller di seluruh dunia. Selain itu, juga masih banyak lagi media-media yang melalukan survey tentang pariwisata berkelanjutan, salah satunya adalah Technavio. Technavio memproyeksikan bahwa pasar pariwisata berkelanjutan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 9,54% pertahunnya dari tahun 2022 hingga 2027. Wah, ternyata angka pertumbuhannya terus meningkat! Dengan kata lain, kedepannya akan semakin banyak wisatawan yang mulai mempertimbangkan aspek berkelanjutan dalam melakukan perjalanan wisata. Kembali ke report yang ditulis oleh booking.com pada tahun 2022, saya akan mencoba merangkum poin-poin penting dari report untuk mempermudah wise people dalam memahami bagaimana sih dinamika pasar pariwisata berkelanjutan saat ini. Poin-poinnya di bawah ini ya!

1.Tingginya kesadaran wisatawan terhadap pariwisata berkelanjutan

Menurut report, ternyata wisatawan yang sadar akan pentingnya pariwisata berkelanjutan cukup banyak lho. Empat dari lima (81%) wisatawan menyatakan perjalanan yang berkelanjutan merupakan sesuatu yang penting bagi mereka. Angka yang besar bukan? Ditemukan bahwa sebanyak 50% wisatawan mulai memerhatikan pariwisata yang berkelanjutan setelah melihat berita-berita mengenai perubahan iklim. Dengan kata lain, kesadaran tersebut memang salah satunya dipicu oleh paparan konten di media mengenai kondisi bumi yang mulai memprihatinkan.

Tingginya kesadaran wisatawan terhadap pariwisata berkelanjutan

Sumber: Booking.com (2022)

Nah, bagaimana dengan tindakan mereka dalam berwisata, apakah mereka juga berniat melakukan perjalananan yang berkelanjutan atau sebatas berpikiran bahwa pariwisata berkelanjutan itu penting? Pada laporan Booking.com didapatkan bahwa 78% wisatawan global memiliki niat untuk menginap di properti berkelanjutan setidaknya sekali dalam satu tahun mendatang dan 46% sudah menggunakan sustainable accomodation dalam satu tahun terakhir dengan alasan utama ingin membantu mengurangi dampaknya terhadap lingkungan (42%).

Tingginya kesadaran wisatawan terhadap pariwisata berkelanjutan

Sumber: Booking.com (2022)

2.Wisatawan memperhatikan kepadatan dan overcrowding pada destinasi

Tentunya kita merasa tidak nyaman kalau destinasi yang kita kunjungi sangat ramai dan padat. Wise People perlu tahu, selain faktor kenyamanan dan experience quality, kesadaran wisatawan mengenai dampak dari mass-tourism dan pemerataan ekonomi juga memengaruhi wisatawan untuk lebih memilih destinasi yang tidak terlalu padat. Memang seberapa pengaruhnya sih kepadatan destinasi terhadap keputusan wisatawan dalam berwisata? Survey tersebut menunjukan bahwa untuk menghindari kepadatan wisatawan di destinasi, 64% wisatawan menghindari tujuan wisata yang populer, 40% wisatawan biasanya memilih berwisata di luar peak season, dan 31% memilih destinasi lain sebagai alternatif.

Wisatawan memperhatikan kepadatan dan overcrowding pada destinasi

Sumber: Booking.com (2022)

3.Budaya menjadi faktor penting

Tahu tidak, bahwa saat ini semakin banyak wisatawan yang sangat tertarik untuk merasakan pengalaman otentik dari budaya lokal. Sebanyak 66% wisatawan menyatakan bahwa mereka memang ingin merasakan authentic experience dari budaya lokal. Hal tersebut juga dipicu oleh pengetahuan mereka (45%) bahwa menjaga, belajar, dan merasakan budaya masyarakat lokal merupakan bagian dari sustainable travel. Fenomena tersebut ternyata juga dipengaruhi oleh regenerative philosophy yang semakin menjadi tren di kalangan wisatawan. Dampaknya, lebih dari setengah wisatawan (59%) juga ingin berkontribusi terhadap destinasi yang dikunjunginya.

Budaya menjadi faktor penting

Sumber: Booking.com (2022)

4.Tren industri dalam sertifikasi dan penerapan pariwisata berkelanjutan

Saat ini, semakin banyak usaha pariwisata yang berupaya untuk mengadaptasi praktik keberlanjutan. Tentunya mereka ingin perusahaanya memiliki nilai lebih di pasar dengan penerapan praktik berkelanjutan tersebut. Karena berdasarkan survey, sebanyak 57% wisatawan merasa lebih baik apabila akomodasi yang mereka booking memiliki sustainable certification

Tren industri dalam sertifikasi dan penerapan pariwisata berkelanjutan

Sumber: Booking.com (2022)

Tren tersebut bukan tidak mungkin untuk terus meningkat kedepannya. Berbicara mengenai jumlah, tercatat sudah lebih dari 95.000 properti akomodasi global yang sudah memiliki Travel Sustainable Badge dari Booking.com. Sangat banyak bukan? Melalui masifnya perkembangan tren berkelanjutan di industri tersebut, tentunya secara langsung juga akan meningkatkan awareness wisatawan dan mendorong mereka untuk berwisata secara berkelanjutan.

Tren industri dalam sertifikasi dan penerapan pariwisata berkelanjutan

Sumber: Booking.com (2022)

Nah, karena Wise People sudah tahu kalau pasar pariwisata berkelanjutan itu sangat potensial, maka pertanyaannya ‘gimana sih cara menerapkan pariwisata berkelanjutan?’

Terdapat beberapa aspek yang perlu Wise People perhatikan dalam menerapkan pariwisata berkelanjutan. Jadi, kita akan memakai salah satu standar yang telah diakui oleh global, yakni 4 pillars of sustainable tourism yang ditetapkan oleh Global Sustainable Tourism Council (GSTC). Standar ini juga menjadi standar yang digunakan Kemenparekraf. Sebelum itu, tahukah kamu apa itu GSTC? Menurut Permenparekraf No. 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, GSTC adalah badan independen internasional yang menetapkan dan mengelola standar pariwisata global dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan pariwisata berkelanjutan dan praktik antara para pemangku kepentingan publik dan swasta. Sudah paham belum nih Wise People. Kembali lagi ke standar 4 pilar yang dimaksud, sebenarnya terdiri dari apa saja sih 4 pilar itu?

1.Pengelolaan Berkelanjutan

Aspek ini berkaitan dengan cara pengelola mengoperasionalkan destinasi pariwisatanya melalui penguatan ketahanan dan kapasitas organisasi; pengupayaan standarisasi, serta kontribusi terhadap masyarakat dan pengunjung; dan mengelola tekanan aktivitas pariwisata terhadap destinasi. Jadi, Wise People perlu tahu bahwa dalam menerapkan praktik pariwisata berkelanjutan, destinasi perlu memiliki organisasi pengelolaan yang kuat dan baik.

2.Keberlanjutan Sosial dan Ekonomi

Aktvitas pariwisata tentunya harus memiliki dampak positif secara ekonomi dan sosial terhadap masyarakat lokal. Melalui aktivitas pariwisata, maka roda ekonomi akan berputar untuk kemudian dapat menghasilkan lapangan kerja yang luas sekaligus dapat menggerakan usaha lokal. Selain itu, tentunya kita harus mencegah perilaku marjinalisasi masyarakat lokal terhadap akses, hak kepemilikan dan juga terhindar dari eksploitasi serta diskriminasi. 

3.Keberlanjutan Budaya

Penggunaan aset budaya pada pariwisata diharapkan dapat mendukung pelestarian warisan budaya lokal. Sudah menjadi tanggung jawab para pemangku kepentingan untuk menjaga sekaligus memperkuat status warisan tersebut, misalnya melalui Hak Kekayaan Intelektual dan upaya perlindungan aset budaya lainnya. Selain itu, pengembangan kegiatan interpretasi dan peraturan perilaku pengunjung juga penting untuk menjaga keberlanjutan aset budaya.

4.Keberlanjutan Lingkungan

Yang terakhir adalah terkait lingkungan. Wise People tahu tidak? Dari assesment yang dilakukan GSTC, destinasi pariwisata di Asia-pasifik mendapat nilai rendah pada aspek keberlanjutan lingkungan (environmental issues). Oleh karena itu, sangat perlu untuk memperhatikan aspek tersebut, terutama bagi destinasi-destinasi yang ada di Indonesia. Aspek ini berkaitan dengan bagaimana pariwisata dapat mendukung konservasi alam, pengelolaan sumber daya alam seperti air, dan pengelolaan limbah sekaligus emisi yang dihasilkan dari aktivitas pariwisata.

Memang, di Indonesia standar tersebut masih ditetapkan sebatas pada kriteria destinasi wisata saja, yaitu yang tertuang dalam Permenparekraf No. 9 Tahun 2021. Namun, pada dasarnya GSTC juga menetapkan standar tersebut pada level industri, seperti perhotelan dan tour operator yang tentunya disesuaikan dengan industri tersebut.

Seperti yang diungkapkan di atas tadi bahwa GSTC merupakan pengelola standar pariwisata berkelanjutan global. Selain sebagai perumus standarisasi, Wise People perlu tahu bahwa GSTC juga merupakan Badan Penyedia Sertifikasi Pariwisata Berkelanjutan yang diakui secara global. Para pengelola destinasi, hotel, operator perjalanan, hingga akademisi memiliki peluang untuk mendapatkan sertifikasi global tersebut setelah mengikuti course dan examination yang telah ditentukan.

Baca juga: Kemampuan yang Wajib Dimiliki Seorang Pengelola Destinasi Pariwisata

Ngomong-ngomong, Wise People sudah tahu belum? Wise Steps Consulting merupakan official training partner GSTC lho. Oleh karena itu, kami kerap kali mengadakan Sustainable Tourism Training Program (STTP) yang dilakukan secara online maupun offline untuk membagikan pengetahuan secara komprehensif mengenai Kriteria GSTC. Selain akan tersertifikasi GSTC setelah lulus ujian, program tersebut tentunya dapat bermanfaat bagi para peserta nih untuk mengembangakan kebijakan dan pratik pariwisata berkelanjutan yang dapat diterapkan ke dalam operasional institusinya.

Untuk info lebih lanjut, Wise People bisa banget nih cek di GSTC: Sustainable Tourism Online Class

By: Muhammad Sofyan Hadi, Business Analyst

Artikel Terkait

Menu
English »
Open chat
Halo 👋

Ada yang bisa kami bantu?